HEMATOLOGI
Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya.
Khususnya jumlah dan morfologi sel-sel darah,
serta sumsum tulang.
Darah
adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ lain, karena berbentuk cairan.
Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-8%
berat tubuh total. Empat puluh lima sampai
60% darah terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit.
Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi,
serta memelihara
suhu tubuh dan keseimbangan cairan.
Darah merupakan bagian dari tubuh yang berperan
penting dalam mempertahankan kehidupan. Sebab, ia berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah berbentuk cairan, sehingga dapat
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Volume dalam tubuh
bervariasi, pada orang dewasa volume darah sekitar 6 liter atau sekitar 7-8 %
dari berat badan. Darah terdiri dari komponen berbentuk dan komponen plasma. Komponen
berbentuk kurang lebih 45% (eritrosit, lekosit dan trombosit). Angka (45 ini
dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan
yang berkisar antara 40 sampai 47.
Pemeriksaan panel hematologi (hemogran) terdiri dari
leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan
hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang
terdiri dari neutrofil (segmented dan bands), basofil, eosinofil, limfosit dan
monosit.
Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada
bayi, anak-anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama
beberapa tahun kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi
dibandingkan tiga kelompok umur di atas. Pemeriksaan hemostatis dan koagulasi
digunakan untuk mendiagnosa dan memantau pasien dengan pendarahan, gangguan
pembekuan darah, cedera vaskuler atau trauma.
Darah terdiri atas 2 komponen utama,
yaitu sebagai berikut:
a. Plasma
Darah, bagian cair darah yang sebagia besar terdiri atas air, elektrolit dan
protein darah.
b. Butir-butir
darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
·
Eritrosit yaitu sel darah merah (SDM-red blood
cell )
·
Leukosit yaitu sel darah putih (SDP-white blood
cell )
·
Trombosit yaitu butir pembeku darah-platelet
1. Eritrosit
Eritrosit
berbentuk bikonkaf dan berdiameter 7-8 mikron. Bentuk bikonkaf tersebut
menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat melewati pembuluh darah
yang sangat kecil dengan baik. Bentuk eritrosit pada mikroskop biasanya tampak
bulat berwarna merah dan dibagian tengahnya tampak lebih pucat, atau disebut (central
pallor) diameter 1/3 dari keseluruhan diameter eritrosit. Sel
darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, serta tidak dapat
bergerak. Sel ini tidak dapat
melakukan mitosis, foforilasi oksidatif sel,
atau pembentukan protein
2. Leukosit
Leukosit
atau sel darah putih merupakan salah satu bagian dari sistem imun yang dapat
memberikan perlindungan tubuh dari patogen yang menyerang. Jumlah normal
leukosit pada tubuh manusia adalah 4,5 – 10 juta/mm kubik tergantung dari
kondisi fisiologis orang tersebut. Leukosit memiliki membran nukleus, akan
tetapi tidak memiliki hemoglobin, ukurannya pun relatif besar dan jumlahnya
lebih sedikit jika dibandingkan dengan sel darah merah.
3. Trombosit
Trombosit
merupakan komposisi darah yang sangat penting dalam proses pembekuan atau
penggumpalan darah. Perlu diketahui bahwa jumlah normal trombosit yang ada
dalam tubuh adalah 200.000-400.000/mm kubik. Dimana apabila kadar trombosit
dalam tubuh dibawah normal, maka akan kesulitan dalam proses pembekuan darah.
DAFTAR
PUSTAKA
Handayani, W
dan A.S. Haribowo.2008.Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi.Salemba Medika, Jakarta.
Waterbury, L. 1998. Buku Saku Hematologi. EGC, Jakarta.
PERMASALAHAN
1. Apa yang terjadi pada tubuh jika
kekurangan dan kelebihan eritrosit ?
2.Bagaimana terapi pada anemia ?
3. Bagaimana kriteria anemia berdasarkan kadar Hb ?
Assalamualaikum monic. Saya akan mencoba menjawab permasalahan pada nomor 3.
BalasHapusSecara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya bila didapatkan hasil pemeriksaan darah kadar Hemoglobin < 10 g/dl, Hemotokrit < 30 % dan Eritrosit < 2,8 juta/mm3. Derajat anemia pada ibu hamil berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO dikatakan ringan sekali bila Hb 10 g/dl - batas normal, ringan Hb 8 g/dl - 9,9 g/dl, sedang Hb 6 g/dl– 7,9 g/dl dan berat pada Hb < 6 g/dl
hai monik, saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 2 :
BalasHapusManajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya nilai hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut, transfusi merupakan terapi pilihan. Dalam situasi terjadi kekurangan atau penurunan nutrisi maka diperlukan penggantian besi, vitamin B12 atau asam folat. Pada penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia biasanya terjadi karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga terapi yang tepat adalah pemberian eritropoetin, namun apabila ada kendala biaya yang mahal, dapat diganti dengan tranfusi darah.
baiklah saya akan menjawab pertanyaan nomor 1 bahwa :
BalasHapusKekurangan eritrosit secara garis besar mampu memicu keberadaan anemia dengan beragam penyebab seperti gejala khas anemia yakni pucatnya warna tubuh disertai mata yang cekung, gampang lelah serta mudah sakit, sistem imun semakin melemah dan terjadi kerontokan rambut akibat kurang nutrisi, berkurangnya pasokan oksigen dapat menjadi penyebab pusing serta susah bernafas pada beberapa kondisi tertentu. Sedangkan apabila kelebihan eritrosit bisa menyebabkan penggumpalan darah dan kerusakan organ
Terimakasih Monic Sri Cahnia, ini sangat membantu sekali
BalasHapuscukup menarik dan terimakasih informasinya
BalasHapusAssalamualaikum, Baiklah saya akan membantu menjawab pertanyaan no.2 terapi Anemia harus Tepat dalam pemberiannya, hal ini berdasarkan pembagian menjadi 3 yaitu :
BalasHapus1. Terapi kausal
Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkan penyebab yang mendasari terjadinya anemia defisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukan segera kalau tidak anemia ini dengan mudah akan kambuh lagi atau bahkan pemberian preparat besi tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.
2. Terapi dengan preparat besi
Terapi dengan preparat besi: pemberiannya dapat secara:
Oral : preparat besi yang diberikan peroral merupakan terapi yang banyak disukai oleh kebanyakan pasien, hal ini karena lebih efektif, lebih aman, dan dari segi ekonomi preparat ini lebih murah. Preparat yang ter sedia berupa: - Ferro Sulfat : merupakan preparat yang terbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saat perut kosong [sebelum makan]. Jika hal ini memberikan efek samping misalkan terjadi mual, nyeri perut, konstipasi maupun diare maka sebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaan dengan makan atau menggantikannya dengan preparat besi lain.
Ferro Glukonat: merupakan preparat dengan kandungan besi lebih rendah daripada ferro sulfat. Harga lebih mahal tetapi efektifitasnya hampir sama.
Ferro Fumarat, Ferro Laktat.
Waktu pemberian besi peroral ini harus cukup lama yaitu untuk memulihkan cadangan besi tubuh kalau tidak maka anemia sering kambuh lagi. Berhasilnya terapi besi peroral ini menyebabkan retikulositosis yang cepat dalam waktu kira-kira satu minggu dan perbaikan kadar hemoglobin yang berarti dalam waktu 2-4 minggu, dimana akan terjadi perbaikan anemia yang sempurna dalam waktu 1-3 bulan. Hal ini bukan berarti terapi dihentikan tetapi terapi harus dilanjutkan sampai 6 bulan untuk mengisi cadangan besi tubuh. Jika pemberian terapi besi peroral ini responnya kurang baik, perlu dipikirkan kemungkinan - kemungkinannya sebelum diganti dengan preparat besi parenteral.
3.Terapi lainnya(Pilihan)berupa
-Diet(Makanan): perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi protein dalam hal ini diutamakan protein hewani.
-Vitamin C: pemberian vitamin C ini sangat diperlukan mengingat vitamin C ini akan membantu penyerapan besi. Diberikan dengan dosis 3 x 100mg.
-Transfusi darah: pada anemia defisiensi besi ini jarang memerlukan transfusi kecuali dengan indikasi tertentu.
Semoga bermanfaat ☺