Jumat, 29 November 2019

ANALGETIK


ANALGETIK

Analgetika adalah senayawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
Analgetik adalah senyawa yang pada dosis terapi meringankan atau menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anastesi umum. Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh, seperti peradangan, infeksi bakteri, dan kejang otot.
Berdasarkan mekanisme dan target aksinya, obat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1.    Analgetik Non-opioid (Non-narkotik)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah memblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri.
a.       Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS/NSAID (Non Steroidal Anti-Inflammatory Drugs))
OAINS umumnya bekerja dengan menghambat biosintesis dari prostaglandin yang dihasilkan saat terjadi inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari pada obat-obatan opioid. OAINS tidak menimbulkan ketagihan. Obat ini hanya mengubah persepsi modalitas sensorik nyeri dan tidak mempengaruhi sensorik lain. OAINS hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simptomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan. Efek smping yang sering ditimbulkan adalah induksi tukak lambung atau tukak.
b.      Inhibitor COX-2
OAINS penghambat COX-2 selektif ( coxib ) disentesis hanya beberapa tahun setelah COX-2 ditemukan. Keuntungan OAINS jenis ini adalah OAINS ini tidak mengganggu fungsi platelet dan fungsi sistem pencernaan pada dosis biasa dengan efektivitas yang relatif sama dengan OAINS lain. Perlu diperhatikan bahwa OAINS penghambat COX-2 selektif juga memiliki efek samping, dimana mereka mampu meningkatkan risiko gangguan kardivaskuler pada penggunaan jangka panjang.
c.       Analgetik Non-opioid dan Non-OAINS : Asetaminofen (Parasetamol)
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu mengurangi nyeri ringan sampai sedan. Mekanisme efek antipiretik diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Parasetamol bekerja dengan jalan menghambat sintesis prostaglandin pada SSP, ini menerangkan efek analgetik dan antipiretiknya. Efeknya terhadap siklooksigenase jaringan perifer kurang yang mengakibatkan aktifitas anti inflamasinya lemah. Efek sampingnya yaitu gangguan hepar dapat terjadi akibat toksisitas parasetamol.

2.    Analgetik Opioid (Narkotik)
Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus atau ginjal. Analgetika narkotik sering pula di gunakan untuk  pramedikasi anestesi, bersama-sama dengan atropin, untuk mengontrol sekresi.
Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibanding analgetik non narkotik, sehingga disebut pula analgetik kuat. Pemberian obat secara terus-menerus menimbulkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat. Penghentian pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom abstinence atau gejala withdrawal. Kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan


DAFTAR PUSTAKA
Siswandono.2016.Kimia Medisinal Edisi Kedua. Airlangga University Press, Surabaya.
Sovia, E dan E.R.Yuslianti.2019. Farmakologi Kedokteran Gigi Praktis. Penerbit Deepublish, Yogyakarta.


PERMASALAHAN
1. Kenapa obat golongan OAINS bisa menyebabkan tukak lambung ?
2. Bagaimana efek dari metabolisme morfin didalam tubuh ?
3. Pada kondisi seperti apa dosis obat meperidin harus dikurangi ?

6 komentar:

  1. hai monic sri cahnia, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. dalam proses metabolisme dalam tubuh morfin menyebabkan suhu badan turun akibat aktivitas otot yang menurun, vasodilatasi perifer dan penghambatan mekanisme neural di sistem saraf pusat. kecepatan metabolisme dikurangi, hiperglikemia timbul tidak tetap akibat pelepasan adrenalin yang menyebabkan glikogenolisis..semoga membantu yahh

    BalasHapus
  2. Ass monic, saya akan membantu mrnjawa bo 3, dosis obat meperidin harus dikurangi pada pasien penyakit hati dan orang tua ,karena terjadinya perubahan pada disposisi obat. pada pasien yang sedang mendapat MAO inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksitasi dan demam. Semoga membantu :)

    BalasHapus
  3. Hai monic menurut saya jawaban dari pemasalahan no 1 adalah obat OAINS atau NSAID bisa menyebabkan tukak lambung karena obat golongan ini umumnya bersifat asam, sehingga banyak terakumulasi pada sel yang juga bersifat asam, seperti pada lambung

    BalasHapus
  4. Hai monic saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1 dimana oains dapat menyebabkan tukak lambung karena obat oains bersifat menghambat enzim COX 2 yang berfungsu untuk menghasilkan protaglandin dimana prostaglandin ini berfungsi sebagai penghasil mukus pada dinding lambung sehingga dinding lambung dilindungi oleh mukus tersebut. Obat oains ini bersifat menghambat pembentukan prostaglandin dan mukus tersebut, sehingga asam lambung dapat mengiritasi dinding lambung dan dinding lambung terluka.

    BalasHapus
  5. Pemaparan yang bagus, artikelnya sangat membantu.

    BalasHapus
  6. Terimakasih bu artikel yang sangat bermanfaat

    BalasHapus